Sedikit mengenai Virtualisasi

Jika kita tarik ke 25 tahun kebelakang, untuk mendeploy aplikasi sebuah perusahaan harus memiliki physical server di data center milik mereka.Di situasi ini, perusahaan harus menyiapkan tempat yang dialokasikan sebagai data center, menyewa jasa keamanan untuk memastikan tidak terjadi pencurian hardware server tersebut, dan memikirkan mengenai flooring, grounding, hingga sistem pendingin, berikut dengan keamanan jaringan yaitu cyber security dari data center.  Kompleksitas untuk mendeploy aplikasi menjadi lebih tinggi, berikut juga biaya dan waktu yang dikeluarkan untuk memelihara physical server sendiri. 

Improvement yang pertama kali yang dilakukan adalah colocation, singkatnya colocation adalah berbagi data center dengan tenant atau penyewa lainnya. Anda tetap harus membeli hardware, hanya saja jaringan listrik, network yang redundant, keamanan perangkat server, air cooling menjadi urusan dari penyedia data center tersebut. Jadi anda hanya perlu datang membawa server-server anda dan menyerahkan ke mereka untuk dititipkan.

Penggunaan physical server tidak begitu efektif dikarenakan satu physical hardware hanya bisa digunakan untuk 1 aplikasi, 1 OS, hal ini menjadikan utilisasi CPU sendiri menjadi tidak maksimal dan banyak server yang Idle atau menganggur. Di Awal tahun 2000-an konsep virtualisasi menjadi populer.  Di dalam sebuah server terdapat hardware seperti CPU yang berfungsi untuk memproses data, RAM yang berfungsi menyimpan data sementara ketika data di proses, dan network untuk memindahkan data dari dan ke tempat penyimpanan setelah dan sebelum data diproses. Resources tersebut akan di-virtualisasikan menjadi komponen virtual untuk sebuah virtual machine seperti vCPU, virtual memory, dan virtual network.

Hypervisor merupakan komponen yang berfungsi melakukan virtualisasi terhadap resources tersebut. Dengan begitu kita dapat membuat environment terisolasi di atas physical hardware dengan vCPU dan virtual memory yang bervariasi atau lebih kecil dari physical hardware. 

Dengan konsep virtualisasi, di dalam satu physical server bisa terdapat lebih dari 1 VM. karena masing-masing VM ini terisolasi, setiap VM bisa memiliki OS atau operating system yang berbeda-beda misalkan VM1 menggunakan windows, VM2 menggunakan Linux. Selain itu, sistem terisolasi berarti VM ini secara default tidak bisa mengakses data dari VM yang lain. Hal ini memungkinkan VM-VM di satu mesin yang sama diakses oleh tenant atau pengguna berbeda. Hal ini membuat utilisasi server menjadi lebih optimal.

Di dunia Cloud, Infrastructure-as-a-Service (IaaS) menyediakan layanan seperti virtual machine ini. Mari kita lihat layanan VM di yang tersedia di Google Cloud.

Windows Machine di layanan Compute Engine

Google Cloud Platform merupakan salah satu cloud provider yang menyediakan layanan IaaS. Virtual Machine disediakan dalam sebuah layanan bernama Compute Engine. Dengan layanan Compute Engine, pengguna dapat memilih spesifikasi yang diinginkan, jumlah vCPU dan besar RAM menggunakan console atau cloud shell. 

Terdapat beberapa pilihan operating system (OS) untuk virtual machine ini seperti CentOS, Debian, Fedora CoreOS, Red Hat Enterprise Linux (RHEL), Rocky Linux, SQL Server, SQL Server, Ubuntu LTS, Ubuntu Pro, Windows client, dan Windows Server.

Berdasarkan StatCounter di bulan Oktober 2021 sebesar 75.18% OS yang digunakan di desktop maupun laptop adalah sistem operasi Windows. Berikut adalah cara memunculkan Virtual Desktop menggunakan Compute Engine bersistem operasi Windows.

  1. Pertama kunjungi Google Console, pilih Compute Engine dan pilih VM instances.
  1. Klik Create instance untuk membuat VM baru.
  2. Beri nama virtual machine, tentukan lokasi VM ini di region dan zone tertentu.
  1. Tentukan spesifikasi VM yang diinginkan
  1. Pada bagian Boot disk klik button menu di bawah ini akan muncul. Pilih Window Server sebagai pilihan sistem operasi.
  1. Klik SELECT, scroll ke bawah dan klik
  2. Virtual machine yang kita konfigurasi akan muncul di daftar instances. 
  1. Di bagian Connect terdapat button RDP (Remote Desktop Protocol). Terdapat tanda segitiga di sampingnya. Klik segitiga tersebut dan pilih Set Windows Password untuk nanti mengakses secara Remote.
  1. Masukkan username yang diinginkan. Klik SET dan passwordnya untuk username tersebut akan tergenerate secara otomatis. Simpan password tersebut untuk nanti digunakan.
  1. Di windows terdapat aplikasi untuk melakukan remote terhadap VM yang dinamakan Remote Desktop Connection. 
  1. Masukan informasi yang dibutuhkan External IP address dan username yang kita buat tadi.

External IP dapat ditemukan di instance list Windows machine yang kita buat tadi.

Masukkan password yang kita simpan tadi dan klik OK.

  1. Setelah password dimasukkan, Virtual Desktop akan muncul. Anda bisa menggunakannya seperti Windows machine pada umumnya.
  1. Setelah selesai menggunakan Virtual Desktop pilih Disconnect untuk memutuskan koneksi remote antara laptop anda dengan VM yang anda buat tadi.
  1. Setelah selesai digunakan anda bisa klik Delete instance agar biaya VM tidak lagi ditagihkan. Namun bila kita men-delete instance, data yang tersimpan juga akan terhapus. Pastikan data yang terhapus sudah dipindahkan ke storage lain atau di-download.

Take the next step

Start building on Google Cloud with $500 in free credits and 20+ always free products.